Jakarta - Timnas Indonesia menyisakan dua laga krusial melawan Timnas China dan Jepang. Dua negara ini memiliki ras kuning yang punya spirit dan harga diri tinggi.
Pertandingan lanjutan putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 jadi penentu masa depan Timnas Indonesia pergi ke AS, Kanada, dan Meksiko.
Jadwal terdekat Jay Idzes dkk. akan menjamu China di SUGBK Jakarta, 5 Juni. Lima hari berikutnya, Patrick Kluivert bakal memimpin pasukannya ke Stadion Suita Osaka untuk menantang Jepang.
Meskipun China jadi juru kunci klasemen sementara Grup C Zona Asia, namun harga diri sebagai negara raksasa di Bumi bakal jadi motivasi pasukan Branko Ivanovic. Begitu pula Jepang yang telah meraih tiket Piala Dunia 2026, yang konon, akan menurunkan pemain lapis keduanyatak akan mudah ditundukkan Timnas Indonesia.
"Dari pengalaman kami bermain di Timnas Indonesia selalu sulit mengalahkan tim-tim dari ras kuning. Padahal dulu sepak bola Indonesia menjadi Macan Asia. Saat itu kami sering menang, tapi perlawanan negara seperti Cina, Jepang, dan Korea luar biasa," kenang Hermansyah,mantan kiper Timnas Indonesia.
Ekspektasi Terlalu Tinggi

Di era 1980-an sepak bola Indonesia salah satu kekuatan di Benua Kuning. Jaya Hartono pernah punya kenangan indah bersama Timnas Indonesia kala menghajar China 3-1 di King's Cup Bangkok 1987.
"Masa lalu harus dikenang sebagai motivasi masa depan. Tapi sekarang zaman telah berubah. Sepak bola kita sedang bangkit lagi, sementara China dan Jepang maju pesat. Makanya Timnas Indonesia harus kerja keras pada dua partai terakhir lawan China dan Jepang nanti," kata eksbek Timnas Indonesia ini.
Hermansyah dan Jaya Hartono pun mengingatkan lagi kegagalan Timnas indonesia ketika masih ditangani Shin Tae-yong dikalahkan China 1-2 pada leg pertama babak ini di Youth Center Stadium Qingdao, 15 Oktober tahun silam.
"Waktu itu ekspektasi kita terlalu tinggi. Saya pribadi juga menilai, sebenarnya, kualitas Timnas Indonesia dan China memang hampir setara. Minimal kita bisa seri. Tapi kita lupa jika China sebagai ras kuning punya gengsi dan spirit tinggi," tutur Hermansyah yang diamini Jaya Hartono.
JFA Pernah Belajar ke Galatama

Dua sahabat yang pernah kerjasama di PSCS Cilacap ini tak menghitung pertandingan Timnas Indonesia saat dipermak Jepang 0-4 sebulan berikutnya di Jakarta. Karena materi pemain Merah Putih beberapa tingkat di bawah Samurai Biru.
"Kita masih ingat di era Galatama, JFA (Federasi Sepak Bola Jepang) pernah datang ke Indonesia belajar mengelola kompetisi profesional. Tapi kini kita tertinggal jauh sekali. Jepang telah lolos ke Piala Dunia 2026. Tapi mereka tak mau menanggung malu saat menjamu TimnasI ndonesia pada pertandingan terakhir nanti. Meskipun, katanya, Jepang akan menurunkan pemain lapis kedua," ucap Jaya Hartono yang disetujui Hermansyah.
{{ comment.content }}