Jakarta - Persib Bandung menjadi juara BRI Liga 1 dalam dua musim secara berturut-turut. Bahkan Persib juga akan segera melantai di Bursa Efek Indonesia pada awal 2026. Keberhasilan itu tidak lepas dari peran di balik layar yang dilakukan Glenn Sugita.
Tak bisa ditepikan, peran seorang pengusaha di balik kiprah klub sepak bola beraksi di lapangan hijau tidak kalah penting dari pemain maupun pelatih.
Kehadiran sponsor dan pengelolaan klub sepak bola adalah peran penting dari sosok di balik layar. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir, ada sejumlah sosok baru yang mencoba untuk mengelola klub sepak bola Indonesia.
Sebut aja Raffi Ahmad dan Rudy Salim yang mengelola RANS Nusantara FC. Kemudian Kaesang Panggarep yang mengelola Persis Solo.
Namun, seperti halnya Glenn Sugita di Persib Bandung, ada pengusaha-pengusaha berpengalaman di Indonesia yang sudah bertahun-tahun menjadi sosok di balik layar kiprah klub sepak bola Indonesia. Siapa saja mereka?
Kota Bandung pecah! Euforia luar biasa mewarnai kemenangan Persib Bandung yang berhasil menjuarai BRI Liga 1 musim 2024/2025. Dalam video ini, kami merangkum momen-momen paling seru, haru, dan meriah dari perayaan sang Pangeran Biru bersama Bobotoh d...
Glenn Sugita

Glenn Sugita menyulap Persib Bandung menjadi satu di antara klub paling mapan dan mandiri di jagad persepakbolaan Indonesia. Persib kini menjelma menjadi sebuah klub yang benar-benar mandiri dan profesional setelah lepas dari APBD.
Kerja keras Glenn Sugita kala itu membuat Maung Bandung bisa bertahan bahkan cenderung berkembang pada awal-awal larangan bantuan dari dana pemerintah.
Bersama sejumlah pengusaha kakap seperti Pieter Tanuri, Kiki Barki, Erick Thohir dan Patrick Waluyo, Glenn membentuk konsorsium untuk menopang pendanaan operasional tim.
Setelah konsorsium terbentuk, Persib dibanjiri sponsor besar seperti Yomart, PT Daya Adira Mustika (Honda), Sozzis So Nice, Evalube, Bank BTPN, Alfamart, dan Corsa.
Glenn lebih banyak berperan di belakang layar. Kendali manajemen PT PBB dijalankan oleh direktur, di mana sempat ada nama seperti Teddy Tjahjono hingga Adhitia Herawan.
Glenn merupakan Co-founder Northstar Group, perusahaan pengelola dana (private equity firm) yang cukup besar di level Asia Tenggara. Mengutip Gatra pada 22 April 2020, aset kelolaan Northstar mencapai 2 miliar USD.
Pieter Tanuri

Pieter Tanuri bergerak di sepak bola Indonesia dengan akuisisi Putra Samarinda menjadi Bali United pada 15 Februari 2015. Ia menjabat sebagai komisaris PT Bali Bintang Sejahtera Tbk (BOLA).
Gebrakan Pieter di Bali United menjadikan klub itu jadi satu contoh pengelolaan sepak bola profesional di Indonesia. Ia pun membawa Bali United melantai di bursa saham.
Mengutip Liputan6.com, Pieter sebagai pemegang saham mayoritas PT Bali Bintang Sejahtera Tbk (BOLA), kembali memborong saham BOLA. Aksi beli saham BOLA itu dilakukan pada 11, 15, dan 16 Februari 2021.
Setelah pembelian saham BOLA, kepemilikan saham Pieter Tanuri bertambah menjadi 31,88 persen atau setara 1,91 miliar saham.
Mengutip Tirto dalam artikel Pieter Tanuri: Dari Pabrik Ban Hingga Klub Sepak Bola, gurita bisnis sang big bos Serdadu Tridatu tak hanya ban dengan brand Corsa dan Achilles.
Ia juga menjabat sebagai Presiden Komisaris PT Buana Capital Sekuritas dan PT Philadel Terra Lestari yang memiliki 20 persen saham PT Bank Ina Perdana.
Pieter Tanuri juga berbisnis pengelolaan hutan (karet) di PT Multistrada Agro International dan PT Meranti Lestari.
Nirwan Bakrie

Nirwan Bakrie yang dikenal sebagai konglomerat papan atas Indonesia ini memang tidak terlibat langsung dalam jajaran manajemen Persija Jakarta.
Nirwan sebagai pemilik saham penuh menunjuk sejumlah orang kepercayaannya untuk mengelola Persija secara profesional.
Bersama manajemen yang didukung dana besar Nirwan, Persija meraih trofi juara Liga 1 2018 serta runner-up Piala Indonesia 2018/2019. Rekam jejak NDB, sapaan akrabnya, di pentas sepak bola Tanah Air terbilang panjang.
Ia memulai dengan mendirikan Pelita Jaya yang berkiprah di Liga Sepak Bola Utama (Galatama), kompetisi semi-profesional pertama di Indonesia.
Bersama Pelita, NDB menunjukkan cara mengelola sebuah tim sepak bola dengan baik. Ketika itu, Pelita memiliki pusat latihan yang memiliki fasilitas lengkap di Sawangan, Depok, dan Stadion Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
NDB menjadi figur penting di sepak bola nasional dengan berbagai program pembinaan yang didanainya seperti PSSI Primavera dan Baretti, tim anak-anak muda yang berlatih dan berkompetisi di Italia. Kemudian menyusul program sama, yakni SAD Uruguay.
NDB juga pernah menjadi pengurus PSSI dengan menjadi Wakil Ketua Umum. Sebelum di Persija, NDB juga pernah mendanai Arema Cronus. Saat ini, selain Persija, NDB juga pemilik saham di klub A-league, Brisbane Roar.
Hasnuryadi Sulaiman

Klub legendaris asal Banjarmasin, Barito Putera, sudah menjadi profesional sejak berdiri dan berkiprah di kompetisi Galatama.
Pendirinya ialah pengusaha lokal, almarhum Abdussamad Sulaiman Haji Basirun asal Bakumpai, Kalimantan Selatan.
Abdussamad Sulaiman HB mendirikan Hasnur Group pada 1966, yang bergerak di bidang bisnis kehutanan, pertambangan, media, dan jasa.
Abdussamad Sulaiman HB yang akrab dengan sapaan Haji Leman, mewariskan Barito Putera kepada anaknya, Hasnuryadi, yang kini menjabat sebagai Presiden Barito Putera.
Meski tidak dianggap sebagai klub besar sarat prestasi, Barito Putera yang disokong oleh Hasnuryadi selalu menghadirkan pemain-pemain yang berkulitas, bahkan pemain berlabel Timnas Indonesia.
Namun, Barito Putera harus terdegrasi ke kasta kedua setelah gagal berjuang lepas dari jerat degradasi di BRI Liga 1 2024/2025.
Nabil Husein

Sementara itu, pengusaha dan petinggi ormas asal Kaltim, Said Amin, merestui putranya, Nabil Husein, untuk memegang Borneo FC Samarinda.
Borneo FC bertekad menjadi klub yang lebih profesional dengan memiliki fasilitas lengkap milik sendiri. Pengelola klub yang menjadi masyarakat Samarinda itu pun sering bertukar pikiran dengan pengelola klub Malaysia, Johor Darul Ta'zim (JDT).
Kedekatan Borneo FC dengan JDT setidaknya terlihat dari komunikasi pemilik Pesut Etam, julukan Borneo FC, Nabil Husein Said Amin, dengan pemilik JDT, Tunku Ismail Idris.
"Kami sepakat jika JDT mengilhami Borneo FC untuk membangun sebuah tim yang sukses. Tidak ada perjalanan yang lancar, tapi kami harus yakin bisa melakukan yang terbaik," ujar Nabil Husein.
"Kita semua akan bekerja keras mencapai titik itu. Tidak ada yang tidak mungkin," ujar pemilik Borneo FC itu.
Erwin Aksa dan Sadikin Aksa

Bosowa Grup, perusahaan multinasional yang berbasis di Makassar mengawali kiprah di sepak bola Indonesia jelang Liga Indonesia 2003.
Erwin Aksa dan Sadikin Aksa yang juga putra Aksa Mahmud, pendiri Bosowa Grup, mengambil alih kepengelolaan PSM dari Reza Ali, sesama pengusaha di Makassar.
Saat itu, PSM Makassar sebagai klub eks Perserikatan masih dimiliki Pemkot Makassar yang menyerahkan kepengelolaan klub kepada pengusaha. Selain mereka, PSM juga pernah dikelola oleh Ande Latief dan Nurdin Halid.
Meski baru kali pertama terjun di sepak bola, Erwin dan Sadikin mampu meneruskan tradisi PSM sebagai klub yang disegani. Berbekal pendidikan manajemen di Amerika Serikat, keduanya mengelola PSM secara profesional.
Pada musim 2005, Liga Indonesia kembali ke sistem lama yakni pembagian wilayah dengan putaran 8 Besar sampai final di Stadion Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta.
Langkah PSM Makassar terhenti di 8 Besar. Pada akhir kompetisi, Bosowa Grup mengembalikan kepengeloaan kepada Pemkot Makassar sebagai pemilik PSM.
Bosowa Grup kembali ke PSM pada 2013. Kali ini statusnya berbeda. Mereka memiliki mayoritas saham kepemilikan yang dikuasai Medco Grup, operator Liga Prima Indonesia. Seperti diketahui PSM hengkang dari Liga Super Indonesia pada musim 2010-2011.
Bersama Persema Malang dan Persibo Bojonegoro, mereka membelot ke LPI dengan alasan kepengelolaannya lebih profesional karena tak memakai dana APBD.
Setelah menjadi pemilik saham mayoritas, Bosowa Grup mengembalikan PSM ke habitat aslinya lewat jalur play-off LPI. Liga Super Indonesia 2014 jadi masa transisi buat PSM. Pada musim ini, langkah PSM terseok-seok dan nyaris terdegrasi.
{{ comment.content }}