Jakarta - Peran pelatih lokal tampaknya semakin terpinggirkan di BRI Liga 1 2024/2025. Hanya ada satu pelatih Indonesia yang bertahan sejak awal hingga akhir musim ini.
Satu pelatih yang dimaksud adalah Imran Nahumarury. Prestasi Imran memang layak dibanggakan. Sebab, ia mampu membawa Malut United bersaing di papan atas.
Bahkan, Malut United masih memiliki peluang untuk mengakhiri BRI Liga 1 2024/2025 di posisi kedua. Posisi yang akan membuat mereka berlaga di AFC Challange League 2025/2026.
Imran Nahumarury memang diberkahi dengan dukungan yang luar biasa dari manajemen Malut United. Bahkan, sebelum BRI Liga 1 2024/2025 berakhir, eks gelandang Timnas Indonesia itu sudah mendapatkan perpanjangan kontrak.
Prestasi apik Malut United di BRI Liga 1 2024/2025 juga tidak lepas dari kekuatan finansial mereka. Banyak pemain bintang berkualitas yang mau merapat dan menjadi ikon baru Stadion Gelora Kie Raha, Ternate.
Berita video wawancara dengan Pelatih Malut United FC, Imran Nahumarury, tentang mimpi dan perjuangannya di klub baru Liga 2 yang sedang ditanganinya.
Kepercayaan yang Minim

Belakangan ada tren yang terjadi di sepak bola Indonesia. Klub, terutama di BRI Liga 1 lebih percaya untuk mempekerjakan pelatih asing ketimbang pelatih lokal.
Misalnya yang terjadi di awal musim BRI Liga 1 2024/2025. Saat itu hanya empat klub yang memberikan jabatan pelatih kepala kepada pelatih lokal.
Semen Padang memiliki Hendri Susilo, Madura United mempekerjakan Widodo Cahyono Putro. Kemudian ada Rahmad Darmawan di Barito Putera dan Imran Nahumarury di Malut United.
Widodo Cahyono Putro dan Hendri Susilo dipecat oleh klub masing-masing. Sementara Rahmad Darmawan dan Barito Putera sepakat untuk berpisah. Menariknya, para pelatih lokal yang kehilangan pekerjaan itu digantikan oleh pelatih asing.
Jaminan Kesuksesan?

Lalu pertanyaannya, apakah kehadiran pelatih asing menjadi jaminan kesuksesan bagi klub di BRI Liga 1? Jika kita bertanya kepada Persib Bandung, Bali United, Bhayangkara FC, atau Persija memang bisa jadi jawabannya benar.
Sebab, klub-klub di atas mampu meraih gelar juara di liga level tertinggi belakangan ini saat ditukangi pelatih asing. Misalnya Persib Bandung yang menjadi jawara dalam dua musim beruntun bersama Bojan Hodak.
Namun, kondisi serupa tidak dialami PSS Sleman. Elang jawa ditukangi tiga pelatih asing berbeda di sepanjang musim 2024/2025, tetapi mereka tetap berada di papan bawah. Bahkan sangat mungkin untuk terdegradasi.
Hal serupa juga dialami PSIS Semarang yang percaya betul pada sosok Gilger Agius. Meski dalam kasus PSIS, Agius tidak bisa sepenuhnya disalahkan. Sebab, manajemen Mahesa Jenar di sepanjang musim 2024/2025 memang berantakan.
Ramai di Liga 2

Stok pelatih lokal berkualitas sebenarnya cukup banyak. Mereka juga sebagian sudah memiliki lisensi AFC Pro yang artinya memenuhi syarat administratif untuk melatih klub BRI Liga 1.
Namun, banyak dari mereka baru mendapatkan kesempatan di Liga 2. Pelatih lokal berkualitas seperti Aji Santoso, Widodo Cahyono Putro, Seto Nurdiyantoro, atau Nil Maizar bertarung di liga sepak bola level kedua Indonesia di musim 2024/2025.
Harapan bagi pelatih lokal untuk bersinar di BRI Liga 1 sebenarnya tidak akan pernah putus. Sebab, belakangan muncul pelatih muda yang punya potensi besar.
Zulkifli Syukur sudah membuktikan kualitasnya di Liga 2 2024/2025. Pun demikian dengan Ricardo Salampessy bersama Persipura Jayapura.
Sementara Arif Suyono, Okto Maniani, Ambrizal, dan Ahmad Bustomi juga sedang memulai karier profesional sebagai pelatih. Mereka menukangi klub yang berlaga di putaran nasional Liga 4 2024/2025.
{{ comment.content }}