Posisi saat ini: Rumah Pesan

3 Persoalan PSIS yang Patut Jadi Pelajaran Klub BRI Liga 1 agar Tak Terdegradasi: Gaji hingga Terpapar Politik Praktis

2025-05-11 07:30:02
6
PSIS Semarang - Ilustrasi Logo PSIS Semarang, Semarang Belongs to Me

Semarang - Masalah yang dialami PSIS Semarang pada BRI Liga 1 2024/2025 tampaknya memang sudah sangat kompleks. Karena berbagai persoalan, Mahesa Jenar akhirnya harus siap-siap terdegradasi ke kasta kedua pada musim depan.

Kekalahan teranyar yang dialami PSIS Semarang saat menghadapi PSS Sleman pada pekan ke-32 BRI Liga 1 2024/2025 semakin mendekatkan mereka ke kasta kedua. Sulit bagi Mahesa Jenar untuk bisa selamat jika melihat kondisinya saat ini.

Sepanjang musim ini, perjuangan yang dihadapi Mahesa Jenar memang cukup melelahkan. Ada banyak sekali permasalahan yang menjegal Septian David Maulana dkk hingga akhirnya tertatih-tatih di penghujung musim.

Persoalan gaji, rusaknya hubungan manajemen dengan suporter, hingga terjangkiti politik praktis menjadi sumber malapetaka PSIS Semarang yang wajib menjadi pelajaran bagi kontestan lainnya. Berikut Bola.com menyajikan ulasannya.


Permasalahan Gaji

Pemain Persija Jakarta, Aji Kusuma (tengah) melepaskan tendangan yang berusaha diblok pemain PSIS Semarang, Roger Bonet Badia pada laga turnamen mini RCTI Premium Sports di Jakarta International Stadium (JIS), Jakarta, Kamis (30/5/2024). (Bola.com/Abdul Aziz)

Salah satu faktor yang menyebabkan ambrolnya performa PSIS Semarang di BRI Liga 1 2024/2025 tak terlepas dari permasalahan gaji. Aspek ini tentu bisa sangat krusial dalam mempengaruhi performa pemain

Bahkan, yang paling terasa, para pemain asing PSIS Semarang memutuskan hengkang. Mereka adalah Evandro Brandao dan Roger Bonet. Keduanya memutuskan untuk mengakhiri kontraknya karena masalah tersebut.

Evandro menyatakan bahwa gajinya sempat tertunggak selama empat bulan. Masalah keuangan karena pembayaran upah yang tidak terselesaikan ini bisa mengganggu fokus dan konsentrasi pesepak bola di lapangan.

“Ini adalah keputusan yang sangat sulit, tetapi keputusan yang tidak dapat dihindari karena keterlambatan pembayaran gaji yang signifikan, yang kini telah melampaui empat bulan,” tulis Evandro Brandao melalui akun Instagram-nya beberapa waktu lalu.

“Dalam kehidupan, ini bukan hanya tentang masalah keuangan, tetapi, yang terpenting, tentang rasa hormat. Sayangnya, tidak pernah ada upaya sungguh-sungguh dari klub untuk menemukan solusi atau bahkan memahami kesulitan yang kami hadapi selama periode ini.”

 


Hubungan dengan Fans

Suporter PSIS Semarang ketika mendukung klub kebanggaannya di Stadion Moch Soebroto, Magelang. (Bola.com/Vincentius Atmaja)

Menjaga hubungan yang baik dengan fans dan kelompok suporter tampaknya juga menjadi pekerjaan yang harus diperhatikan oleh klub. Situasi inilah yang dialami PSIS Semarang pada BRI Liga 1 2024/2025.

Rusaknya kepercayaan suporter memang cukup berdampak pada pendapatan klub. Pasalnya, jumlah kehadiran penonton dalam setiap pertandingan kandang Mahesa Jenar mengalami penurunan yang signifikan.

Hal ini tak terlepas dari keputusan dua kelompok suporter terbesar PSIS, Panser Biru dan Snex, yang memutuskan untuk melakukan boikot. Efeknya memang sangat terasa hingga Panpel memutuskan menggelar laga kandang secara tertutup.

“Panser Biru menyatakan sikap untuk berada di jalur boikot, dikarenakan belum ada respons dan jawaban dari surat tuntutan yang kami kirim ke manajemen PSIS Semarang beberapa waktu lalu,” tulis statement resmi Panser Biru.

“DPP Panser Biru mengimbau seluruh anggota untuk menghormati dan menghargai gerakan ini demi PSIS yang lebih profesional, dengan tidak memasuki dan menonton di tribune selatan,” lanjut pernyataan tersebut.


Terpapar Politik Praktis

Dari seluruh pihak yang menjadi sasaran kekecewaan suporter PSIS Semarang, sosok yang paling menanggungnya ialah mantan Chief Executive Officer (CEO) PT Mahesa Jenar Semarang, Yoyok Sukawi. 

Prahara antara suporter dengan manajemen ini tak terlepas dari terbelahnya kubu pendukung PSIS Semarang. Konteksnya ialah ketika Yoyok Sukawi memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai Calon Wali Kota Semarang 2024-2029.

Panser Biru sempat menegaskan sikapnya untuk tidak mendukung Yoyok Sukawi apabila PSIS Semarang gagal menghuni peringkat empat besar pada BRI Liga 1 2023/2024. Ketika itu, Mahesa Jenar akhirnya hanya finis di urutan ke-6 klasemen akhir.

Urusan yang mulanya berkaitan di dunia sepak bola ini akhirnya merembet ke panggung politik praktis. Salah satu pentolan Panser Biru, Kepareng alias Wareng, ogah mendukung Yoyok Sukawi dan justru berlabuh ke kubu seberang.

Aspek yang bersifat politis ini pula yang memperuncing konflik antara suporter dengan manajemen PSIS. Sebab, Yoyok sudah kadung menjadi simbol permusuhan suporter dengan pengelola klub karena terpengaruh faktor politis tersebut.    

Komentar

captcha
Kirim komentar
  • Gambar profil
    {{ currentUser.username }} {{ comment.created_at }} IP:{{ comment.ip_addr }}

    {{ comment.content }}

Belum ada komentar

Pembaruan terkini