Posisi saat ini: Rumah Pesan

Kontradiksi Masalah PSIS dan PSS hingga Terjerembap di Zona Degradasi: Produksi Gol Timpang, Pemain Asing Tak Imbang

2025-05-09 12:30:02
12
Kolase - Laga PSS Sleman - PSIS Semarang di BRI Liga 1

Semarang - Nasib yang dialami PSIS Semarang dan PSS Sleman menjelang pertemuan kedua tim pada pertandingan pekan ke-32 BRI Liga 1 2024/2025 terhitung unik. Saat kedua tim sama-sama terancam degradasi, ada beberapa hal yang menjadi kontradiksi.

Menurut jadwal, duel PSIS melawan PSS itu bakal berlangsung di Stadion Jatidiri, Semarang, Jumat (9-5-2025), pukul 15.30 WIB. Ini bakal menjadi pertarungan yang sengit lantaran keduanya sama-sama ingin lolos dari degradasi.

Dari segi posisi, Mahesa Jenar saat ini menjadi juru kunci di dasar klasemen dengan koleksi 25 poin. Elang Jawa, yang mengoleksi jumlah poin serupa, berada satu setrip di atasnya karena unggul head-to-head setelah menang pada putaran pertama.

Tiga poin yang diperebutkan kedua tim bakal menjadi titik penting untuk bisa keluar dari zona degradasi. Meski nasibnya saat ini sama-sama tidak kondusif, sebetulnya kedua tim ini cenderung kontradiktif.

Berikut Bola.com menyajikan ulasannya.


Terusir dari Kandang

Kelompok suporter PSS Sleman, Brigata Curva Sud (BCS) saat merayakan kemenangan tim atas PSM Makassar pekan ke-31 BRI Liga 1 2024/2025 di Stadion Maguwoharjo (3/5/2025) malam. (Bola.com/Ana Dewi)

Satu di antara nasib yang sempat menyatukan PSIS Semarang dengan PSS Sleman pada BRI Liga 1 2024/2025 ini ialah situasi sulit karena harus terusir dari kandangnya. Keduanya sama-sama sempat menjadi tim musafir.

Stadion Jatidiri direnovasi membuat Mahesa Jenar sempat berpindah-pindah kandang untuk menggelar laga home. Mereka sempat menggunakan Stadion Moch Soebroto (Magelang) hingga Stadion Batakan (Balikpapan).

PSIS akhirnya baru bisa pulang pada pekan ke-14 melawan Bali United. Momen kembalinya Mahesa Jenar ke Stadion Jatidiri itu berakhir manis dengan kemenangan 2-1. Sayangnya, itu jadi momen kemenangan terakhir mereka di kandang.

Sementara itu, PSS juga harus mondar-mandir mencari pengungsian saat Stadion Maguwoharjo direnovasi. Proses perbaikan yang molor menjadi penyebab Elang Jawa tak kunjung pulang ke kandang.

Mereka sempat menggunakan Stadion Manahan, Solo. Momen ini sebetulnya sudah terjadi sejak musim lalu. Tak hanya itu, mereka juga sempat mengungsi ke Stadion Sultan Agung (SSA), Bantul, hingga Stadion Jatidiri, Semarang.


Hubungan dengan Fans

Stadion Maguwoharjo dipastikan bakal kembali bergemuruh. Salah satu kelompok suporter PSS Sleman, Brigata Curva Sud (BCS) . (Bola.com/Ana Dewi)

Kendati sama-sama mengalami nasib yang nahas, kondisi kedua kontestan ini juga cenderung kontradiktif bila berbicara relasinya dengan fans dan suporter. PSIS tak bisa mendapatkan dukungan seperti PSS.

Ketika bermain di Magelang, Mahesa Jenar tidak begitu banyak mendapatkan dukungan langsung dari fans. Sebetulnya, jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh karena hanya butuh sekitar dua jam berkendara.

Namun, ketika PSIS sudah kembali ke Stadion Jatidiri, konflik antara manajemen dan suporter berbuntut panjang. Kedua kelompok terbesar, Panser Biru dan Snex, sepakat melakukan boikot laga kandang.

Imbasnya, jumlah penonton yang datang ke stadion anjlok. Dalam momen tertentu, PSIS memutuskan menggelar laga secara tertutup demi menghemat pengeluaran dalam penyelenggaraan pertandingan.

Di sisi lain, PSS tetap rutin mendapatkan support dari fans ketika harus bermain di Kota Solo. Jarak antara kedua kota juga sekitar dua jam. Dukungan moda transportasi juga memudahkan Sleman Fans menuju Kota Bengawan.

Sebetulnya, PSS juga memiliki suporter yang kritis. Meski beberapa kali menggelar aksi untuk memprotes situasi krisis, pendukung Elang Jawa tetap setia hadir di stadion, termasuk ketika kini sudah kembali ke Maguwoharjo.


Komparasi Produksi Gol

Striker anyar PSIS Semarang, Sudi Abdallah. (Bola.com/Radifa Arsa)

Nasib yang dialami keduanya tak jauh berbeda. Tetapi, jika berbicara soal produktivitas gol, baru muncul kontradiksi. Situasi sulit yang dialami Mahesa Jenar saat ini agaknya tak begitu mengagetkan jika dilihat dari aspek ketajaman.

Sebab, dari 31 pertandingan, PSIS Semarang hanya sanggup menghasilkan 26 gol saja. Ini menjadi nominal yang paling rendah apabila dibandingkan seluruh kontestan BRI Liga 1 pada musim 2024/2025.

PSIS hanya bisa mengandalkan dua nama saja untuk menjebol gawang lawan. Keduanya yakni Septian David Maulana dan striker asing, Sudi Abdallah, yang sama-sama mengemas lima gol.

Sementara itu, PSS justru punya pencapaian yang jauh lebih mengesankan. Sebab, dari 31 laga, tim asal Bumi Sembada itu setidaknya mampu mencatatkan 36 gol. Angka ini sebetulnya termasuk istimewa.

Sebab, PSS lebih produktif menjebol gawang lawan dibandingkan tim-tim yang saat ini berada di zona aman. Persita Tangerang di peringkat ke-11, misalnya, hanya bisa mencetak 30 gol. Lalu, ada Persik Kediri di peringkat ke-12 (35 gol).

Elang Jawa juga masih unggul dibandingkan Madura United di peringkat ke-13 (32 gol), Persis Solo di urutan ke-14 (29 gol), serta Semen Padang di posisi ke-15 (34 gol). Aktor penting di balik produktivitas PSS ialah Gustavo Toncantins (12 gol).


Komposisi Skuad Timpang

PSIS Semarang mendatangkan Evandro Brandao, mantan penyerang Timnas Angola. (Dok PSIS)

Selain hadirnya mesin gol yang bisa diandalkan seperti disebut sebelumnya, ada perbedaan lainnya yang membuat kedua tim ini terbilang timpang. Hal ini utamanya berkaitan dengan komposisi pemain asing.

Jika dibandingkan PSIS, PSS sebetulnya masih memiliki komposisi yang komplet. Slot delapan pemain asing yang berlaku di BRI Liga 1 ini masih tetap dilengkapi oleh skuad Elang Jawa.

Meski begitu, Laskar Sembada belakangan ini harus kehilangan pemain bertahan, Phil Ofosu-Ayeh. Mantan pemain Timnas Ghana itu harus menepi cukup lama karena mengalami cedera.

Sementara itu, kondisi Mahesa Jenar sudah mulai rontok pada putaran kedua. Belakangan ini, mereka harus ditinggalkan dua pemain asingnya, Evandro Brandao dan Roger Bonet, karena permasalahan gaji.

Akibatnya, kondisi PSIS makin melemah karena ditinggalkan keduanya. Kini, mereka hanya memiliki enam pemain asing. Itu pun terkadang tidak komplet ketika ada yang harus berkutat dengan cedera maupun akumulasi.

Komentar

captcha
Kirim komentar
  • Gambar profil
    {{ currentUser.username }} {{ comment.created_at }} IP:{{ comment.ip_addr }}

    {{ comment.content }}

Belum ada komentar

Pembaruan terkini