Kerjasama Bisnis TG:@LIUO9527
Posisi saat ini: Rumah / Pesan / Pemain Diaspora Merapat ke Klub Indonesia, Legenda Timnas: Sebaiknya di Eropa Dulu, tapi Kalau Sulit Menit Bermain Ya..

Pemain Diaspora Merapat ke Klub Indonesia, Legenda Timnas: Sebaiknya di Eropa Dulu, tapi Kalau Sulit Menit Bermain Ya..

Penulis:Wartawan Olahraga Tanggal:2025-07-11 22:30:02
Dilihat:7 Pujian
Rafael Struick mencetak gol pertamanya untuk Brisbane Roar ke gawang Sydney FC dalam laga A-League 2024/2025, 1 November 2024. (Dok. Brisbane Roar)

Jakarta - Setelah Jordi Amat merapat ke Persija Jakarta, kini giliran Rafael Struick dikabarkan meneruskan karier di Liga Indonesia.

Rafael Struick bergabung dengan Dewa United karena kontraknya di klub Australia, Brisbane Roar, tak diperpanjang.

Tak menutup kemungkinan, pemain diaspora lainnya menempuh jalan yang sama. Soalnya, setidaknya masih ada tiga pemain diaspora yang belum punya klub alias menganggur. Ketiganya adalah Justin Hubner, Thom Haye, dan Nathan Tjoe-A-On.

Keputusan pemain diaspora memantik pro dan kontra di tanah air. Tak sedikit yang mendukung, namun banyak juga yang menyayangkan.

Bambang Nurdiansyah, eks tukang gedor Timnas Indonesia era 1980-an, ikut angkat suara. Lewat kanal YouTube Nusantara TV belum lama ini, legenda yang kini berusia 64 tahun tersebut menyampaikan pandangannya.

"Menurut saya, sebaiknya mereka bermain di Eropa sana. Pertanyaannya adalah apakah mereka dapat jam terbang kalau main di sana?," kata Bambang Nurdiansyah.

"Kalau dia cuma di bangku cadangan, itu juga perlu kita telaah lagi gitu loh. Kalau di Liga Indonesia pasti dia jam terbangnya banyak karena dia pasti pilihan utama dari pelatih," imbuh Bambang Nurdiansyah yang selama aktif pernah memperkuat Arseto, Yanita Utama, Krama Yudha Tiga Berlian, dan Pelita Jaya.

 


Masukan untuk PT LIB

Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru, Ferry Paulus. (Abdul Aziz/Bola.com)

Banur, demikian ia biasa disapa, juga mengkritik PT Liga Indonesia selaku operator kompetisi di dalam negeri.

"Kualitas kompetisi kita juga harus dibenahi juga gitu loh. Karena banyak pemain-pemain yang awalnya bagus datang dari luar sana ketika main di Liga Indonesia pada akhirnya sama-sama saja. Karena kompetisi kita menurut saya memang perlu ada peningkatan," tukas eks pelatih PSIS Semarang dan Persija Jakarta.

Bambang Nurdiansyah tetap dengan pandangannya, pemain diaspora sebaiknya bermain di Eropa karena beberapa pertimbangan.

"Tetapi kalau saya disuruh memilih lebih baik main di Eropa sana. Karena atmosfernya juga berbeda. Persaingan juga berbeda dan yang pasti kompetisinya lebih berkualitas. Pertanyaannya sekarang apakah mereka di sana dapat jam bermain dengan baik?," ujarnya.


Sisi Plus di Liga Indonesia

Bek senior Timnas Indonesia Jordi Amat resmi menjadi pemain Persija Jakarta. Sebelumnya, Amat bermain di Malaysia bersama Johor Darul Ta'zim. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Tapi, ada sisi plus jika bermain di Indonesia, yakni menit bermain.

"Kalau di Indonesia pasti pilihan utama pelatih. Tapi ya itu tadi, kualitas kompetisi kita harus diperbaiki. Kalau mereka memang harus terpaksa main di Indonesia, ya PT Liga harus memperbaiki kompetisi kita," paparnya.

"Terutama soal jadwalnya yang padat. Indonesia inikan luas. Terkadang dari kota ke kota, dari game ke game, itu akhirnya bukan kualitas yang kita dapat karena sudah kelelahan. Karena perjalanan jugakan jauh"

"Kalau dulu masih mending dibagi dua grup ya, barat dan timur. Sekarang malah ada kecenderungannya hanya memutar kompetisi jauh dari kualitas menurut saya. Di Eropa mungkin okelah, seminggu main atau bahkan dua kali. Tetap tidak ada perjalanan jauh banget kayak di kita. Negara kita ini luas sekali," pungkasnya.

Komentar

Kirim komentar
Galat kode pemeriksaan, silakan masukkan kembali
avatar

{{ nickname }}

{{ comment.created_at }}

{{ comment.content }}

IP: {{ comment.ip_addr }}
{{ comment.likes }}