Posisi saat ini: Rumah / Pesan / Sosok Krusial di Balik Eksistensi Bali United di Kasta Tertinggi Indonesia: Awalnya Tak Suka Bola, Terinspirasi dari sang Ibu

Sosok Krusial di Balik Eksistensi Bali United di Kasta Tertinggi Indonesia: Awalnya Tak Suka Bola, Terinspirasi dari sang Ibu

Penulis:Wartawan Olahraga Tanggal:2025-07-05 14:30:02
Dilihat:6 Pujian
CEO Bali United, Yabes Tanuri, tampak serius mengikuti rapat bersama klub-klub ISL dan Divisi Utama. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Jakarta - Bali United kini menjadi salah satu tim sepak bola yang sangat disegani di Liga 1. Meski terbilang wajah baru, namun pencapaian tim berjuluk Serdadu Tridatu di kasta tertinggi Indonesia terbilang mentereng.

Sejauh ini, mereka sudah mengoleksi dua gelar Liga 1, 2019 serta 2021/2022. Sebuah pencapaian yang layak diacungi jempol, mengingat tim ini baru berdiri pada Februari 2015.

Dua sosok yang berjasa di balik kesuksesan Bali United, siapa lagi kalau bukan dua bersaudara yang juga pengusaha asal Jakarta, Yabes Tanuri dan Pieter Tanuri.

Yabes Tanuri, CEO Bali United, lewat kanal YouTube Liputan 6 Sport belum lama ini membeberkan awal kisahnya tertarik ke dunia sepak bola.

Seperti diketahui, Bali United berawal dari keberanian Yabes Tanuri dan Pieter Tanuri mengakuisisi Putra Samarinda pada 2014. Setahun berselang Bali United berdiri dan bermarkas di Pulau Dewata.


Alasan Investasi di Sepak Bola

Pertemuan antara CEO Bali United Yabes Tanuri dan perwakilan J-League di Stadion Kapten I Wayan Dipta dan training ground Bali United. (Maheswara Putra/Bola.com)

Apa yang membuat keduanya terjun ke sepak bola? Apa yang bikin menarik?

"Pertama kali yang bikin menarik itu, satu kita di Indonesia itu masih industri muda. Sepak bolanya sendiri sudah dari lamalah sejak dari 1928 sudah ada klub, 1930 sudah ada klub. Macam-macam klublah," kata Yabes Tanuri.

"Klub-klub sepak bola bahkan sudah ada sebelum kemerdekaan Indonesia. Tetapi dalam bentuk industri baru ada 2009-2011. Kita masuk karena melihat jumlah orang yang suka sepak bola itu sangat banyak sekali," imbuhnya.

"Memang di sepak bola atau industri ini boleh dibilang masih entertainment. Bukan merupakan hal yang wajib dibeli untuk dispending uang," kata pengusahan berusia 48 tahun menambahkan.

"Kalau misalnya makanan wajib, pakaian wajib, gitu kan ya. Katanya lima dasar dulu pas kita sekolah. Kalau sport itu untuk melihat saja orang suka. Tapi untuk dispending kalau ada lebih baru bisa. Tetapi demand-nya tinggi sebenarnya. Jadi kita melihat itu," tukasnya.


Inspirasi dari Sang Ibu

Stefano Cugurra bersama keluarganya mendapatkan apresiasi dari owner Bali United Pieter Tanuri, CEO Bali United Yabes Tanuri, dan kapten Bali United Ricky Fajrin. (Bola.com/Alit Binawan)

Menurut Yabes Tanuri, awalnya ia tak begitu suka dengan sepak bola. Yang suka balbalan justru ibunya yang kini berusia 84 tahun.

"Yang suka sepak bola itu justru ibu saya malah. Ibu saya itu pas masih muda SMA suka kabur dari sekolah buat nonton bola katanya. Saya juga nggak nanya klub apa. Mungkin di Jakarta, Persija juga kali ya. Atau mungkin timnas jaman dulu kali ya," ujarnya sambil tertawa.

"Suka nonton bola, tapi ketika saya tanya lupa klub apa. Ibu saya sudah berumur 84 tahun kan tahun ini. Jadi urusannya hampir 70 tahun lalu kan. Sampai sekarang suka nonton bola, tapi pastinya Bali United dong."


Mengapa Bali?

Lebih lanjut Yabes Tanuri menuturkan sejarah lahirnya Bali United yang kini menjelma sebagai salah tim yang sangat disegani di Indonesia.

"Jadi kebetulan waktu itu Persisam ada dua klub di Samarinda. Sedangkan populasi di sana kurang terlalu besar kan," tukasnya.

"Dengan adanya satu klub yang sedang naik daun, namun di satu sisi suporternya menurun. Sehingga dibutuhkan daripada berjuang tanpa penentuan seperti itu katanya lebih baik tetap ada walaupun pindah," lanjutnya.

"Kami akhirnya berpikir mau ke mana. Di Jawa sudah penuh, sampai kota-kota kecilnya saja sudah punya klub sepak bola. Lalu kami lihat Bali waktu itu baru ada Liga 2. Kami masuk ke sana, kita lihat okelah kita coba dan namanya nama Bali ya. Ketika dikasih opsi pindah ke Bali kan manajemen juga suka," tuntas Yabes Tanuri.

Komentar

Kirim komentar
Galat kode pemeriksaan, silakan masukkan kembali
avatar

{{ nickname }}

{{ comment.created_at }}

{{ comment.content }}

IP: {{ comment.ip_addr }}
{{ comment.likes }}